Kayu jati adalah pilihan utama untuk furnitur. Karena kayu ini dikenal
kuat dan tahan rayap, sehingga perawatannya tergolong mudah.
Keistimewaannya tidak hanya membuat kepincut pembeli lokal, konsumen
dari mancanegara juga mengincar furnitur jati Indonesia.
“Di saat kita mengejar furnitur impor yang bagus finishing-nya saja,
ekspatriat justru memilih furnitur jati kita,” tukas Rina Kundang,
pemilik Sony Art Gallery di bilangan Ciputat Raya, Jakarta Selatan.
Memilih Furnitur Jati
Memilih furnitur jati yang bagus memang susah-susah mudah, apalagi jika
si calon pembeli tidak mengerti seluk beluk kayu jati. Untuk itu, Rina
memberi beberapa tip memilih furnitur jati yang baik.
“Biasanya secara kasat mata, tampilan kayu jati yang bagus bisa dilihat
dari finishing-nya. Jika finishing bagus, maka dasar kayunya juga bagus.
Sebaliknya, jika finishing kurang rapi, agak berbulu, atau kasar, maka
kayunya pasti kurang bagus,” jelas Rina.
Tetapi jangan terkecoh penampilan, imbuh Rina. Ada sebagian penjual
menawarkan furnitur yang menggunakan kayu jati hanya di bagian
permukaannya saja, sementara di bagian belakang atau bawah, menggunakan
t-block atau tripleks. “Dengan mengetuk permukaan furnitur, kita bisa
mengetahui perbedaannya,” kata perempuan berjilbab ini.
Kayu jati memiliki beberapa jenis dan grade. Jati yang bagus di pasaran
harus lepas putih (tidak memiliki bagian putih yang agak berbulu) dan
lepas mata (tidak memiliki ‘mata’ yang merupakan calon cabang). Bagian
putih ini biasanya jadi santapan rayap, sementara ‘mata’ membuat kayu
lebih rapuh.
“Jati yang ditebang saat masih berukuran kecil, pasti bagian kulitnya
berwarna putih dan masih memiliki mata,” kata Rina. “Kayu seperti ini
bisa dibuat mebel, tetapi tidak bagus. Biasanya, kayu macam ini dipakai
untuk menekan harga jual.”
Dari sisi harga, semakin lebar papan kayu jati, semakin mahal harganya.
Untuk menyesuaikan dengan harga pasar, biasanya dipakai papan sambungan.
Kualitas kayu jati juga ditentukan oleh daerah asalnya. Biasanya, kayu
jati yang beredar di Indonesia berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Lampung. “Soal kualitas, jati Jawa Timur yang terbaik,
diikuti oleh jati Jawa Tengah,” tutur Rina. “Harga jati Jawa Timur saat
ini terbilang fantastis.” Kualitas yang berbeda, menurutnya, disebabkan
kandungan tanah yang berbeda di setiap daerah.
Untuk memilih kursi jati, harus dilihat apakah kursi tersebut lepas mata
dan lepas putih. “’Nyawa’ kursi ada di bagian kaki. Jika ada ‘mata’ di
kaki kursi, maka kursi rawan patah,” kata Rina. “Untuk meja, perlu
diperhatikan permukaanya. Pilih permukaan yang mulus dan tidak rapuh.”
Namun jika tidak yakin, imbuh Rina, sebaiknya calon konsumen membeli
dengan teman yang mengerti seluk-beluk jati, atau memercayakannya pada
penjual. “Biasanya pembeli akan merekomendasi toko furnitur yang bisa
dipercaya kualitas produknya,” jelas Rina.
Merawat Furnitur Jati
Rina menjelaskan, untuk membersihkan furnitur jati sangat mudah: cukup
dilap menggunakan teak oil atau pledge. Teak oil biasanya dijual di toko
bahan bangunan, sementara pledge tersedia di mal atau super market.
Treatment ini bisa dilakukan enam bulan sekali. “Namun untuk perawatan
sehari-hari, cukup menggunakan lap basah,” ujar Rina.
Untuk furnitur yang memiliki banyak ukiran, memerlukan perlakuan yang
lebih khusus. “Gunakan kuas kecil untuk membersihkan lekukan ukiran dari
debu. Kemudian kuas diberi cairan teak oil, dan bersihkan kembali
lekukan-lekukan ukiran tersebut,” pungkasnya.
Sumber : Rumah.com (www.rumah.com)
Jumat, 22 Mei 2015
Tips Memilih dan Merawat Furnitur Jati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar